Sabtu, 15 Februari 2014

Men-darat-kan Persaudaraan Kasih Damai di tanah Flores
(Temu 4 Asrama CSA se-Flores) Ruteng 24 – 26 Januari 2014
Oleh : Suryadi CSA
CSA sedang booming PKD
CSA sedang bergulat dengan PKD
Tetapi apa sebenarnya yang bisa kita buat?
Adakah kita bermimpi bahwa diantara anak binaan kita akan ada yang melanjutkan karya yang saat ini ada ? Adakah kita berharap dari antara anak yang kita dampingi akan mendaftar menjadi calon bruder kita? Dan...... Sejauh mana kita memunculkan tunas baru diantara mereka.

Latar belakang... Hasil pertemuan besama Koordinator karya NTT bulan Nopember 2013 salah satunya menghasilkan komitmen bahwa karya asrama menjadi karya unggulan atau bisa juga dikatakan karya prioritas NTT. Pendampingan orang muda adalah kekuatan CSA. Komunitas CSA yang ada di Flores semua memiliki karya asrama, mulai dari komunitas yang tertua yakni Ruteng, sampai dengan yang termuda Kotagoa. Diantara itu ada Boawae dan Mbay. Meskipun disebutkan komunitas tertua, namun demikian Asrama Ruteng justru menjadi yang termuda (asrama Putra St. Aloisius Ruteng baru dibuka 2013). Terselenggaranya temu 4 asrama karya para bruder CSA di Flores yang berlangsung selama 3 hari tersebut (Ruteng, Boawae, Mbay, Kotagoa) tgl 24 – 26 Januari 2014, sebagai upaya mendaratkan atau membumikan kasih persaudaraan yang nyata, mendampingi orang-orang muda seusia, dan yang pasti mengajak mereka menemukan bahwa bersaudara itu indah. Acara yang dibangun adalah anjangsana semua anak asrama mbay, Boawae dan Kotagoa termasuk bruder pendamping, bruder PIKO, bahkan tukang masak dan beberapa bapak-ibu gurunya ikut serta.
Selamat datang temu 4 asrama CSA se-Flores

... Itulah tulisan spanduk yang menyambut kedatangan 4 kendaraan yang membawa 168 anak asrama berikut pendampingnya di halaman Efata. Iya nampak raut muka keheranan dariantara mereka khusunya yang berasal dari Mbay karena dari daerah panas, bahkan sangat panas sekarang berada di daerah yang super dingin. Untuk anak-anak Boawae dan Kotagoa pun akan merasakan hal yang sama bahwa Ruteng adalah daerah dingin. Tepat jam 15.45 mereka tiba serentak di Ruteng. Rombongan Kota goa dengan78 anak, 2 bruder dan 2 guru pendamping serta 1 pemasak dengan armada 2 truk colt, Boawae yang terdiri dari 44 anak asrama, 1 bruder dan 1 guru pendamping dengan kendaraan 1 colt truk. Sedangkan Mbay yang branggotakan 34 anak asrama 4 bruder pendamping serta 1 pemasak dengan angkutan bus Sinar Rembulan. Bus ini istimewa karena kondisinya yang masih baru, bahkan pagi sebelum berangkat baru diberkati oleh Imam di halaman asrama Mbay. Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah yang masih muda tersebut, meskipun banyak diantara mereka yang mengalami mabuk selama perjalanan. Begitu mereka turun dari kendaraan masing-masing disambut dengan ceria oleh Anak-anak asrama Ruteng bersama pendampingnya. Anak asrama Ruteng sudah membagi diri dengan tugas masing-masing menghantar mereka menuju ruang tidur. Sehingga sangat jelas ruang-ruang yang disediakan untuk Mbay, Boawae, Kotagoa, berikut kamar-kamar untuk para bruder, Guru, pemasak sampai crew kendaraan. Belajar kepemimpinan itulah salah satu tujuan acara ini diadakan. Jam 16.30 setelah mereka semua menempatkan tas, perkakas yang dibawa, maka mereka beristirahat sejenak dengan menikmati minum sore, hal ini juga dipandu/ dibagikan oleh anak-anak asrama ruteng yang bertugas. Setelah itu mereka mandi dan beristirahat sejenak.
Ucapan selamat datang... Jam 17.00 para bruder pendamping melakukan pertemuan untuk membicarakan agenda acara. Br. Suryadi selaku penanggungjawab kegiatan membagikan dan mempertegas jadual kegiatan kepada masing-masing koordinator asrama, meskipun demikian jadual sudah ditempel di beberapa tempat strategis, yakni di dekat ruang tidur anak, dan di pintu utama Aula. Jam 18.00 mereka semua diterima secara resmi di Aula Aloysius, sambil diberikan beberapa hal praktis berkaitan dengan acara-acara selama 3 hari ini Br. Viktor memandu acara ini sekaligus mensosialisasikan Jadual acara / kegiatan. Jam 18.30 makan malam bersama, di pandu dan dibagi oleh anak-anak asrama Ruteng yang bertugas. Rekoleksi Persaudaraan Kasih dan Damai Jam 19.30 acara rekoleksi PKD di Aula Aloysius dipimpin Br. Viktor. Berjumlah 202 anak asrama didampingi belasan bruder dan guru pendamping mengikuti pendalaman PKD dalam sesi rekoleksi. Media yang pakai adalah Karpet untuk alas duduk, LCD Proyektor untuk presentasi, serta galah untuk membantu proses. Br. Viktor melakukan proses interaktif selama rekoleksi sehingga jiwa kepemimpinan anak bisa diukur dari bagaimana mereka melakukan komunikasi, menjawab pertanyaan, mengungkapkan, berpendapat. Proses rekoleksi berlangsung sampai jam 22.00 selanjutnya diakhiri doa malam oleh Br. Suryadi sebelum mereka istirahat.
Hari ke 2 Kegiatan pagi di awali dengan misa pagi bersama di Kapel Efata jam 15.30 dipimpin Ptr Reymundus SVD.

Misa harian ini liturgi di tanggung oleh Asrama Ruteng. Dalam misa Br. Suryadi membantu Imam membagi komuni. Setelah misa Br. Viktor memberikan informasi hal-hal praktis sambil menunggu kesiapan bagian konsumsi pagi. Olah raga persaudaraan Satu hari ini Persaudaraan kasih damai diwujudkan dengan olah raga bersama.






Jenis olah raga yang di lakukan adalah Sepak bola dan volly. Br. Ansel danbr. Matheus selaku penanggungjawab olah raga kegiatan ini sebelumnya memberikan instruksi tentang metode / pelaksanaan olah raga. Sepak bola di bagi di bagi dalam kelompok anak besar dan kelompok anak kecil (pertimbangannnya adalah ada sebagian anak berusia SMP dan sebagian berusia SMA/K. Demikian halnya dengan volly. Lapangan yang dipakai adalah lapangan bola PUSLAT, Lapangan volly PUSLAT dan Lapangan bola Keuskupan. Acara sangat meriah. Acara ini dari anak, dan oleh anak. Artinya bahwa wasit juga dilakukan olah anak dengan sistem silang. Acara berlangsung samp[ai dengan jam 12.00 selanjutnya jam 13.00 makan siang, dan jam 14.00 persiapan acara seni dan kreasi yang akan diadakan malam ini.
Dalam kegiatan seni dan kreasi ini akan hadir 123 anak asrama putri St. Agela Ruteng. Sebagai informasi : Asrama putri ini semenjak asrama Ruteng berdiri Juli 2013 menjadi patner kegiatan bersama, karena terprogram sebulan sekali mengadakan doa TAIZE dan Misa bahasa Inggris bersama. Kegiatan dilakukan di Kapel Efata. Sekali waktu juga mengadakan seminar. Artinya menganggap satu sama lain sebagai saudara/saudari. Acara pentas seni akan diadakan di Aula Efata. Asrama Ruteng selama ini mengadakan persiapan banyak hal, antara lain membeli 1 set alat musik/ band. Tujuannya adalah sebagai sarana dan wahana daya tarik agar karya asrama ini semakin berkembang, dan diminati. Seni dan kreasi.... Jam 19.30 Asrama Putri Angela datang dengan didampingi 3 suster pendampingnya. Jam 20.00 acara di mulai. Semua anak yang berjumlah 330 mengikuti acara demi acara yang disuguhkan. Pembawa acara dilakukan olah 2 anak asrama Ruteng. Acara-acara yang disuguhkan sungguh sangat menarik bahkan karena waktu yang terbatas maka terpaksa Karena beberapa pertimbangan khususnya karena waktu yang tidak mencukupi beberapa acara yang sudah dipersiapkan olah masing-masing asrama tidak bisa ditampilkan. Acara berlangsung sangat menarik.
Acara antara lain :
1. Bersama –sama menyanyikan lagu hymne St. Aloisius
2. Lagu Rumah Kita : Band asrama Ruteng
3. Puisi : Asrama Mbay
4. Tarian Jai : Asrama Kotagoa
5. Lagu Vokal Tunggal : Asrama Mbay
6. Lagu Juminten : Band asrama Ruteng
7. Vokal Group : Asrama Boawae
Sambutan Ketua Penyelenggara : Br. Suryadi
8. Lagu Band Asrama Putri Angela + Asrama Putra Ruteng
9. Tarian Ca-ci : Asrama Ruteng
10. Lagu Band Asrama Kotagoa
11. Lagu Vokal Group : Asrama Mbay
12. Lagu Boomerang : Band Ruteng
13. Lagu Band Kotagoa
14. Henson (break dance) : Asrama Boawae
Jam 22.15 Acara seni dari asrama-asrama berakhir dilanjutkan acara kebersamaan yakni “goyang” masal (bersama) – budaya Flores


Hari 3 Syukur temu 4 asrama Hari ini hari Minggu, anak-anak bangun pagi jam 06.00 Selanjutnya mandi dan persiapan misa pagi hari Minggu di Kapel Efata.Misa di Pimpin Ptr. Reymundus SVD. Perayaan Ekaris ini menjadi istimewa karena tugas liturgi di lakukan oleh masing-masing asrama. Mulai dari lagu pembuka sampai dengan lagu penutup petugas dibagi. Br. Rafi membantu membagi Komuni. Br. Suryadi sebelum berkat penutup menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ptr Mundus yang 2 hari ini sudah memimpin ekaristi, dan terima kasih untuk semua saja, sehingga acara temu 4 asrama berlangsung dengan lancar, diberi anugerah cuaca yang baik. Minta maaf atas kekurangan yang dilakukan oleh asrama Ruteng dari awal sampai akhir. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk kegiatan selanjutnya. Akhirnya jam 08.45 Ekartisti selesai dilanjutkan dengan Makan pagi. Dan jam 09.30 semua berkumpul di Aula untuk acara kesan dan pesan. Dalam kesempatan ini 1 wakil dari Nagekeo menyampaikan kesan positif bahwa acara ini sangat berharga dan harus dilanjutkan, perasaan bangga, bahagia bercampur menjadi 1 dan yang muncula dalah persaudaraan telah dimulai. Senada disampaikan olah wakil dari asrama Ruteng bahwa semua yang terjadi adalah ungkapan persaudaraan, sapaan. Maka hal yang baik ini harus diteruskan. Diakhiri dengan doa mohon keselamatan perjalanan olah Asrama Ruteng. Jam 10.00 Foto Bersama di halaman samping aula Jam 10.30 Sayonara see next ............Mbay

Minggu, 27 Mei 2012

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA
Oleh: YR Widadaprayitna*

Ciri konstitutif adalah ciri yang menentukan keberadaan kongregasi Bruder CSA. Artinya, kongregasi tanpa ciri tersebut, pasti bukan bruder CSA. Dengan kata lain, menemukan cirri konstitutif Panggilan Bruder CSA adalah menemukan jawaban atas pertanyaan: apa itu panggilan khas Bruder CSA?

Untuk menjawab pertanyaan ini pertama-tama kita harus kembali ke Riwayat dan semangat pendiri CSA, yakni Pater Willem Helemons, OCSO. Kemudian kita juga harus menelusuri bagaimana semangat pendiri itu ditafsirkan sepanjang sejarah hidup karya para bruder CSA ini.

Sabtu, 26 Mei 2012



Bertolak ke Tempat Lebih Dalamuntuk Menumbuhkan Kemandirian

Perintah Tuhan untuk “Bertolak ke tempat lebih dalam” (Luk 5:4)
disampaikan lagi oleh Pater M. Van den Elzen, SJ pada tahun 1862
kepada para Bruder Santo Aloysius (CSA) di Oudenbosch, Belanda. Karena
itu, empat bruder CSA, misionaris perintis dari Belanda bertolak
menuju laut Jawa, dan tiba di Surabaya pada tanggal 28 Mei 1862.
Mereka bertolak ke tempat lebih dalam lagi, masuk ke dalam hati umat
Katolik yang ada di Surabaya melalui karya pendidikan.

Semangat Santo Aloysius bahwa ia dilahirkan untuk hal-hal yang lebih
besar “ad maiora natus sum” itulah yang diwariskan para Bruder CSA
kepada kaum muda

Komunitas Turi


KOMUNITAS CSA TURI – SLEMAN

Konsili Vatikan II mendorong setiap kongregasi untuk lebih membuka diri terhadap masyarakat luas di pedesaan atau wilayah pinggiran. Menanggapi seruan itu, CSA membuka komunitas di dusun Donokerto, Turi, Sleman yang masih merupakan area lereng Merapi. Para bruder di komunitas ini mengelola SMP St. Aloisius milik PGPM Paroki Yohanes Rasul Somohitan. Kemudian dalam perkembangannya juga mengelola asrama untuk siswa-siswi SMP tersebut. Karya bersama dengan Gereja setempat menjadi pilihan komunitas supaya kerjasama dengan Keuskupan Agung Semarang menjadi semakin nyata.

Komunitas Kupang

KOMUNITAS CSA KUPANG


Kehadiran para bruder CSA di Kupang tak lepas dari peran besar Bapak Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang Pr. Beliau selain memberi ijin tinggal, juga memberi lahan karya dengan sarana dan fasilitas yang dibutuhkannya. Lahan karya itu berupa bengkel milik keuskupan dan pendidikan formal, di mana para bruder dilibatkan sebagai pendidik di SMAK Giovanni. Sejak 12 Oktober 2002, para bruder menempati bekas kantor dan gudang Delsos Keuskupan Agung Kupang di wilayah paroki Oeleta, ketika terjadi gelombang pengungsian masyarakat Timor-Timur pro integrasi.