Minggu, 27 Mei 2012

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA

Ciri Konstitutif Panggilan Bruder CSA
Oleh: YR Widadaprayitna*

Ciri konstitutif adalah ciri yang menentukan keberadaan kongregasi Bruder CSA. Artinya, kongregasi tanpa ciri tersebut, pasti bukan bruder CSA. Dengan kata lain, menemukan cirri konstitutif Panggilan Bruder CSA adalah menemukan jawaban atas pertanyaan: apa itu panggilan khas Bruder CSA?

Untuk menjawab pertanyaan ini pertama-tama kita harus kembali ke Riwayat dan semangat pendiri CSA, yakni Pater Willem Helemons, OCSO. Kemudian kita juga harus menelusuri bagaimana semangat pendiri itu ditafsirkan sepanjang sejarah hidup karya para bruder CSA ini.

Sabtu, 26 Mei 2012



Bertolak ke Tempat Lebih Dalamuntuk Menumbuhkan Kemandirian

Perintah Tuhan untuk “Bertolak ke tempat lebih dalam” (Luk 5:4)
disampaikan lagi oleh Pater M. Van den Elzen, SJ pada tahun 1862
kepada para Bruder Santo Aloysius (CSA) di Oudenbosch, Belanda. Karena
itu, empat bruder CSA, misionaris perintis dari Belanda bertolak
menuju laut Jawa, dan tiba di Surabaya pada tanggal 28 Mei 1862.
Mereka bertolak ke tempat lebih dalam lagi, masuk ke dalam hati umat
Katolik yang ada di Surabaya melalui karya pendidikan.

Semangat Santo Aloysius bahwa ia dilahirkan untuk hal-hal yang lebih
besar “ad maiora natus sum” itulah yang diwariskan para Bruder CSA
kepada kaum muda

Komunitas Turi


KOMUNITAS CSA TURI – SLEMAN

Konsili Vatikan II mendorong setiap kongregasi untuk lebih membuka diri terhadap masyarakat luas di pedesaan atau wilayah pinggiran. Menanggapi seruan itu, CSA membuka komunitas di dusun Donokerto, Turi, Sleman yang masih merupakan area lereng Merapi. Para bruder di komunitas ini mengelola SMP St. Aloisius milik PGPM Paroki Yohanes Rasul Somohitan. Kemudian dalam perkembangannya juga mengelola asrama untuk siswa-siswi SMP tersebut. Karya bersama dengan Gereja setempat menjadi pilihan komunitas supaya kerjasama dengan Keuskupan Agung Semarang menjadi semakin nyata.

Komunitas Kupang

KOMUNITAS CSA KUPANG


Kehadiran para bruder CSA di Kupang tak lepas dari peran besar Bapak Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang Pr. Beliau selain memberi ijin tinggal, juga memberi lahan karya dengan sarana dan fasilitas yang dibutuhkannya. Lahan karya itu berupa bengkel milik keuskupan dan pendidikan formal, di mana para bruder dilibatkan sebagai pendidik di SMAK Giovanni. Sejak 12 Oktober 2002, para bruder menempati bekas kantor dan gudang Delsos Keuskupan Agung Kupang di wilayah paroki Oeleta, ketika terjadi gelombang pengungsian masyarakat Timor-Timur pro integrasi.

Sejarah

SEJARAH SINGKAT KONGREGASI BRUDER-BRUDER ST. ALOISUS (CSA) SEMARANG
Disebuah dusun pertanian di bagian selatan dari negeri Belanda, tepatnya di dusun Oudenbosch, pada 1 Maret 1840 didirikan sebuah Kongregasi Bruder-bruder Santo Aloysius (CSA). Kongregasi ini didirikan oleh Pastor Willem Hellemons, O Cist untuk menjawab kebutuhan pastoral di paroki Oudenbosch, yang masuk dalam wilayah Keuskupan Breda, Belanda selatan. Pastor Willem Hellemons,O Cist, pastor kapelan setempat mengajak seorang pemuda bernama Yohanes Huybrechts, yang akhirnya menjadi bruder pertama dengan nama biara “Vader Vincensius” untuk merintis sebuah karya pendampingan kaum muda yang mengalami krisis iman dan moral akibatperang antara Belanda dan Belgia. Ketika sedang dilangsungkan gencatan senjata antar kedua pihak, banyak tentara yang menganggur dan berulah, membawa pengaruh jelek pada masyarakat setempat khsususnya anak-anak dan kaum mudanya. Banyak pemuda yang apatis terhadap kegiatan Gereja, tidak lagi menghormati sakramen-sakramen Gerejani

St. Aloysius

Santo Aloysius Gonzaga (1568-1591)
Lukisan itu bergambar sosok pemuda gagah berpakaian bangsawan. Wajahnya begitu tenang dan lembut. Pria muda bangsawan yang memilih menjadi imam Yesuit itu adalah Aloysius Gonzaga. Dia wafat di usia yang sangat muda 23 tahun karena tertular penyakit pes dari orang yang dirawatnya. Dalam hidupnya yang begitu singkat Aloysius telah memilih untuk hidup sederhana, menjaga kemurnian, dan penuh belas kasih pada para kaum muda dan orang sakit.
Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun

VISI MISI

VISI CSA
KAMI, BRUDER KONGREGASI SANTO ALOYSIUS GONZAGA SEMARANG
Dengan penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan sesama, kami bertujuan menjalankan karya keselamatan bagi para kaum muda agar mereka menjadi pribadi mandiri yang menghayati nilai Kristiani sehingga mampu menggerakkan perubahan sosial menuju tatanan hidup bersama yang semakin bersaudara, adil, dan bermartabat

MISI CSA
Agar dapat menjalankan dan memajukan karya ini, kami harus:
·   Menjalankan pendidikan formal, non-formal, in-formal, maupun kaategorial yang mengutamakan penanaman nilai-nilai Kristiani dan pembentukan karakter yang mandiri dan cerdas
·   Membangun jejaring dan bekerja sama dengan semua pihak yang berkehendak baik (stake holder)
·   Menjalankan hidup bersama dengan menimba kekuatan dalam perayaan Ekaristi dan devosi pada Maria
·   Mengembangkan karya yang mampu menjadi daya penggerak perubahan sosial

OUR VALUES
·  Teguh dalam iman dan hidup sederhana
·  Keprihatinan akan Kerajaan Allah
·  Semangat kasih dan damai
·  Spiritualitas Salib
·  Kepekaan menanggapi tanda-tanda jaman
·  Komunitas Persaudaraan

Komunitas Mbay



KOMUNITAS CSA MBAY
Keistimewaan bruderan CSA Mbay adalah bahwa komunitas ini merupakan komunitas perdana setelah CSA Indonesia berstatus mandiri (25 November 1999), terpisah dari biara induk CSA di Oudenbosch Belanda. Cikal bakal lahirnya komunitas CSA Mbay berawal dari dibangunnya asrama untuk usia SMP dan SMA yang bersekolah di SMP Hanura maupun SMA K Baleriwu, seiring dengan dibukanya kabupaten baru hasil dari pemekaran daerah. Tahun 2000 Asrama St. Aloisius diresmikan, untuk sementara para bruder tinggal bersama anak-anak di asrama sembari menunggu selesainya proses pembangunan biara bruderan. Tanggal 1 November 2003, biara diresmikan dan para bruder bisa menempati komunitas baru.
Karya utama dari komunitas ini adalah asrama. Seiring dengan semangat kemandirian yang menjadi gerakan bersama, munculah karya baru

Komunitas Boawae


KOMUNITAS CSA BOAWAE
Kehadiran empat bruder pioner di Boawae pada 1 Juli 1980, atas undangan Mgr. Donatus Djagom, SVD (Uskup Agung Keuskupan Agung Ende) agar para bruder membantu memperbaiki mutu SPG St. Fransiskus, satu-satunya sekolah calon guru di kecamatan ini. Untuk mendukung mutu sekolah didirikanlah asrama bagian putra di kompleks bruderan Boawae. Setelah SPG ditutup oleh pemerintah tahun 1991, asrama digunakan untuk menampung anak-anak SMP/SMA, dan para brudernya ada yang mengajar di SMA Fransiskus atau SMP Kotagoa. Komunitas CSA di Boawae, Nagekeo (Flores), NTT ini berhalaman luas, rindang dan sejuk karena masih berada di area kaki gunung Abulobo.

KOMUNITAS CSA RUTENG
Komunitas ini adalah komunitas CSA perdana untuk luar Jawa. Beralamatkan di Jl. A. Yani 8 Ruteng, Flores, NTT. Tanggal 27 Agustus 1958, empat bruder CSA tiba di Ruteng untuk menjalankan perutusan di bidang karya pendidikan. SPG Tubi, yang semula milik Keuskupan Ruteng, ditangani oleh para bruder. SPG St. Aloisius Ruteng dalam pekembangannya menjadi sekolah yang mencetak tidak hanya para calon guru SD tetapi juga para pewarta iman Katolik (katekis). Sekolah ini sangat diminati oleh kaum muda di kabupaten Manggarai dan sekitarnya. Sekolah dan asrama menjadi satu paket yang ideal pada jamannya. Sejak awal kehadirannya, para bruder juga mengajar di SMP Tubi (sekarang SMP N 1 Ruteng) dan mengelola asrama SMP tersebut.
Sejak SPG ditutup oleh pemerintah pada tahun 1991, bekas gedung dan kompleks sekolah ini dialihfungsikan sebagai Rumah Retret Efata,

Komunitas Novisiat


KOMUNITAS NOVISIAT CSA YOGYAKARTA
Novisiat CSA di Jl. Supadi 15 – 17 Kotabaru, Yogyakarta menjadi tempat pembinaan para calon bruder sejak tahun 1968. Rumah ini sebelumnya adalah sebuah Skolastikat MSF sebelum mereka berpindah ke Jl. Kaliurang. Para novis CSA menjalani masa novisiatnya selama 2 tahun. Tahun pertama disebut masa kanonik, dimana para novis banyak mempelajari hal ketareketan seperti konstitusi, direktorium, pedoman kongregasi, spiritualitas kharisma kongregasi, dan mendalami hidup doa atau hidup rohani, serta menghayati tiga nasehati injili (kaul kebiaraan) dengan disertai refleksi di setiap aktifitasnya. Tahun kedua disebut tahun eksperimen,

KOMUNITAS POSTULAT CSA KALASAN
Komunitas Postulat didirikan tahun 1997 di Dusun Sidokerto,Purwomartani, Kalasan, Sleman. Para calon bruder selama 1 tahun tinggal di komunitas ini dengan aktifitas belajar, berdoa dan latihan hidup bersama. Para postulan selain dididik di intern komunitas oleh pendamping postulat, mereka juga mengikuti kursus bina awal selama 2 semester bersama para postulan dari tarekat lain di Jogya dan sekitarnya. Pelajaran Kitab Suci, Liturgi, Psikologi, Sejarah Gereja, dan Hidup Membiara adalah sebagian dari materi kursus gabungan tersebut.
Selain belajar dan berdoa, para postulan juga dilatih untuk hidup karya dan mengolah hidup masa lalu.

Komunitas Madiun


KOMUNITAS CSA MADIUN
16 Juli 1934, untuk pertama kalinya para bruder CSA yang semuanya berasal dari Belandamenjejakkan kaki di Madiun. Itulah awal kisah karya perutusan CSA di kota brem ini. Komunitas CSA Madiuan beralamat di Jl. A. Yani 6 Madiun, Jawa Timur. Karya awal para bruder di Madiun adalah mendirikan sekolah tingkat dasar baik untuk anak-anak Eropa (ELS) maupun pribumi (HIS) dan sekolah menengah (SMP) untuk siswa pribumi. Kemudian pasca kemerdekaan RI, Para bruder merintis Sekolah Pendidikan Guru (SPG) lengkap dengan asrama putra. Sedangkan asrama putri ditangani Suster Ursulin. Komunitas Madiun juga pernah menjadi rumah formasio bagi para calon bruder CSA

Komunitas Tusam


KOMUNITAS CSA TUSAM RAYA
Komunitas CSA Tusam beralamat di Jl. Tusam Raya 50 Banyumanik, Semarang. Didirikan tahun 1980 dengan karya utama menangani SMP St. Aloisius. Namun karena sekolah ini jumlah siswanya terus menurun maka kemudian ditutup tahun 2006. Kemudian dirintis karya baru berupa Wisma Lansia Harapan Asri yang pemberkatannya dilangsungkan tahun 2009. Wisma lansia ini menjadi karya baru bagi komunitas CSA Tusam yang hingga kini terus berbenah diri. Berkat penanganan yang serius, banyak peminat yang akhirnya tinggal di wisma lansia ini. Selain dihuni untuk umum, para bruder CSA yang lansia nantinya juga akan menghuni tempat ini. Saat ini baru ada satu bruder sepuh yang tinggal di sini

Komunitas Generalat


KOMUNITAS CSA GENERALAT

Komunitas CSA yang kini menjadi rumah induk ini beralamat di Jl. Kanfer Raya 49 Banyumanik, Semarang. Komunitas ini sebenarnya didirikan sebagai bentuk antisipasi pasca semakin sedikitnya peran para bruder di bidang pendidikan di Karangpanas. Didirikan tahun 1980 dan sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya SMP St. Aloisius sebelum sekolah ini dipindahkan ke kompleks komunitas Tusam. Komunitas Generalat ini tumbuh seiring dengan bertumbuhkembangnya paroki Banyumanik, sehingga almarhum Kardinal Darmoyuwono, setelah emeritus sempat tinggal di Komunitas Generalat ini sambil menunggu proses pembangunan gedung paroki. Kiranya ini menjadi berkat bagi rumah induk ini.
Sebagai rumah induk, komunitas ini kerap digunakan untuk kegiatan on going formation bagi para bruder