Sabtu, 26 Mei 2012



Bertolak ke Tempat Lebih Dalamuntuk Menumbuhkan Kemandirian

Perintah Tuhan untuk “Bertolak ke tempat lebih dalam” (Luk 5:4)
disampaikan lagi oleh Pater M. Van den Elzen, SJ pada tahun 1862
kepada para Bruder Santo Aloysius (CSA) di Oudenbosch, Belanda. Karena
itu, empat bruder CSA, misionaris perintis dari Belanda bertolak
menuju laut Jawa, dan tiba di Surabaya pada tanggal 28 Mei 1862.
Mereka bertolak ke tempat lebih dalam lagi, masuk ke dalam hati umat
Katolik yang ada di Surabaya melalui karya pendidikan.

Semangat Santo Aloysius bahwa ia dilahirkan untuk hal-hal yang lebih
besar “ad maiora natus sum” itulah yang diwariskan para Bruder CSA
kepada kaum muda
melalui sekolah-sekolah yang diselenggarakannya.
“Bertolak ke tempat yang lebih dalam” untuk menebarkan jala di
simpul-simpul jaringan kota yang penting di pulau Jawa: Jakarta
(1905), Semarang (1907), Bandung (1930), Madiun (1934) dengan
kehadiran sekolah-sekolah Katolik yang terkenal dengan
nama: Sint Louis.

Zaman berubah, dan kita pun berubah dalam zaman yang berubah itu. Ada
saatnya datang malam gelap, dan dalam kegelapan itu kita bisa jatuh
dalam situasi yang seolah tanpa har
apan. Para bruder CSA pun pernah
mengalami malam gelap seperti yang dialami para murid, ketika di
danau Tiberias mereka pergi menangkap ikan. Dan malam itu mereka tidak
menangkap apa-apa. Namun, ketaatan mereka pada perintah Sang Guru,
"Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu!” menjadi seberkas terang
yang mencerahkan dalam kegelapan. Perintah Sang Guru menjadi kekuatan
baru bagi mereka untuk menebarkan jalan di sebelah kanan perahu, (Yoh
21: 1-14), ke dalam hati kaum muda pada zaman sekarang.

Novisiat pun dibuka pada tahun 1957 untuk menerima calon-calon
pribumi, dan mempersiapkan mereka agar mampu mengemban tugas baru
:
menjala manusia. Dan setelah melintas padang gurun penuh tantangan
selama 40 tahun
, pada tanggal 25 November 1999 CSA Indonesia menyatakan
mandiri dengan Dekrit dari Tahta Suci. Sejak saat itu CSA Indonesia
tarekat diosesan dalam reksa Keuskupan Agung Semarang.
Para bruder pribumi meneruskan amanat Tuhan untuk menebarkan jala
juga, menjadi penjala manusia melalui karya-karya di Jawa: Madiun,
Semarang dan Yogyakarta. Bahkan jala itu ditebarkan juga di Flores, di
Ruteng. Kalau dulu para murid bisa menyebut ada ikan-ikan besar yang
terjala: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, sekarang pada tahun
tahun 2012, ketika syukur atas 150 tahun CSA di Indonesia
dilambungkan, sudah ada bruder-bruder pribumi berjumlah 53 bruder dan
5 novis, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak

(bdk. Yoh. 21:11).

Peristiwa-peristiwa sejarah selama 150 tahun CSA di Indonesia
menyimpan sejarah keselamatan yang diprakarsai oleh Allah. Sejarah
keselamatan yang disyukuri itu mengantar pada keyakinan iman bahwa
Gusti mboten sare. Keyakinan iman itulah yang menjadi daya kekuatan
bagi para bruder untuk bertolak ke tempat lebih dalam, untuk
menumbuhkan kemandirian dalam segala bidang kehidupan.

Semoga di dalam kedalaman itu selalu dapat ditimba kekuatan-kekuatan
baru untuk membangun masa depan yang lebih. Proficiat saya haturkan
kepada keluarga besar Tarekat Bruder Santo Aloysius, semoga panjang
usia, dan berkat Allah selalu berlimpah ruah.

Salam, doa dan Berkah Dalem,
Semarang, 11 Mei 2012

+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar