Hasil pooling tak resmi di MEDIKOM tentang perlu tidaknya sebuah website resmi untuk CSA menghasilkan 8 masukan. 50% menyatakan sangat perlu, 37% menyatakan perlu, dan 12% menyatakan tidak perlu. Memang kurang mewakili pendapat semua bruder jika dilihat dari jumlah partisipan. Dari 18 undangan untuk berpartisipasi yg terkirim via e-mail (blogger), ada 5 member yg mengisi registrasi blogger dan tercatat di statistik Medikom. 1 bruder sempat menulis comment dan 1 bruder lain posting artikel. Rupa-rupanya koneksi internet masih menjadi kendala di banyak komunitas. Belum lagi kendala tehnis dan non tehnis lain. Barangkali malah lebih banyak ‘orang luar’ yg akses blog CSA Semarang dan Soyus ketimbang para bruder sendiri.
Di banyak negara maju, internet sudah menjadi kebutuhan utama.
Saya sendiri mau tidak mau harus menyesuaikan diri dg kondisi ini. Karena mulai dari pendaftaran kuliah, registrasi, pengumuman, pembagian tugas dan materi kuliah, akses nilai, diskusi kelompok, semuanya dilakukan secara online. Nampaknya di Kanada orang tidak bisa ‘kerja’ tanpa akses internet. 
Ini semua merupakan tanda-tanda jaman. Seringkali lalu saya bertanya dalam hati: Apa arti semua perubahan ini? (Khususnya bagi Gereja dan bagi CSA) Banyak nilai-nilai Kristiani yg bertabrakan dg nilai-nilai baru yg dibawa oleh derasnya proses globalisasi. Di satu sisi, menolak tehnologi akan membuat kita tergilas tetapi jika tidak awas dengan mudah kita akan terhanyut. Ada
Saya setuju, dengan masih minimnya para saudara kita memanfaatkan sarana komunikasi ini. Kalau saya tangkap mereka yang mau dan sering menggunakan di tiap komunitas baru satu atau dua saja. "BELUM" membudayanya berinternet dimungkinkan karena belum tahu manfaat/fungsinya, jenis kerasulan yang dihadapi memang tidak ada terpengaruh, dan BELUM mau memulai. YANG terakhir ini menurut saya yang paling mendasar. Padahal, banyak bahan kerasulan dapat di peroleh dari sini. Salam.
BalasHapus